Timpangnya Senjata Hamas vs Israel

Herdi Sahrasad

INILAH.COM, Jakarta - Sampai Minggu (1/2), sudah lima roket Hamas yang membalas serangan Israel. Meski persenjataan Hamas sama sekali tak sebanding Israel, gerakan perlawanan Islam ini telah mengancam memulai serangan jika Israel tidak membuka lagi lintasan-lintasan penyeberangan. Sementara Israel memperingatkan bahwa mereka akan menyerang lagi jika Hamas dibiarkan mempersenjatai diri lagi. Perang Hamas-Israel bakal berkecamuk lagi?

Israel meninggalkan Gaza setelah daerah pesisir itu hancur akibat ofensif 22 hari. Mereka menyelesaikan penarikan pasukan dari wilayah yang dikuasai Hamas itu pekan lalu. Jumlah korban tewas Palestina mencapai sedikitnya 1.300 jiwa, termasuk lebih dari 400 anak dan 5.300 orang cedera di Gaza sejak Israel meluncurkan ofensif terhadap Hamas pada 27 Desember.

Di pihak Israel, hanya tiga warga sipil dan 10 prajurit tewas dalam pertempuran dan serangan roket. Selama perang 22 hari itu, sekolah, rumah sakit, bangunan PBB dan ribuan rumah rusak parah terkena gempuran Israel. Pemerintah Palestina sendiri menyatakan jumlah kerugian prasarana saja mencapai USD 476 juta.

Penghentian serangan Israel dilakukan setelah negara Yahudi tersebut memperoleh janji dari Washington dan Kairo untuk membantu mencegah penyelundupan senjata ke Gaza, hal utama yang dituntut Israel bagi penghentian perang. Kekerasan Israel-Hamas meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember tahun lalu. Namun peta kekuatan antara Hamas dan Israel sangatlah timpang. Bagai bumi dan langit, ketimpangan itu.

Israel Defence Forces (IDF, angkatan bersenjata Israel) setidaknya berkekuatan 176 ribu infantri bersenjata lengkap. IDF juga mendapat dukungan serangan udara dari 286 helikopter serbu, dan 875 jet tempur berkecepatan supersonik. Tidak hanya itu, 2.800 tank dan 1.800 senjata artileri tercatat siap digunakan.

Sebaliknya, Hamas hanya berkekuatan maksimal 20.000 pejuang. Tanpa pesawat tempur, jet, atau helikopter patroli satu pun. Mereka hanya memakai roket Al Banna dan Al Yaasin, modifikasi rudal PG-2 Rusia yang mampu menghancurkan tank Merkava dalam radius 500 meter.

Roket lainnya, yang juga hasil modifikasi, maksimal hanya bisa meluncur 55 kilometer. Itu hanya cukup sampai Kota Sderoth, yang bukan jantung komando Israel. Untuk pertahanan anti serangan udara, Hamas mengandalkan rudal Rayyan, modifikasi dari rudal SA-7 Rusia yang dulu digunakan Hizbullah (Lebanon) untuk merontokkan helikopter dan UAV Israel.

Tapi, Hamas memang tak pernah percaya statistik. Apalagi cuma di atas kertas. Buktinya, sejak didirikan Syekh Ahmad Yasin pada 14 Desember 1987, Hamas terus membesar. Untuk melawan Israel, Hamas membentuk sayap militer Brigade Izzudin Al Qassam. Anggotanya harus melalui seleksi superketat. Mereka diambil dari pemuda-pemuda yang lulus ujian akhlak dan keimanan.

Para rekruiter Al Qassam, misalnya, akan mencari calon pejuang dari jamaah salat Subuh di masjid-masjid Gaza dan seluruh kawasan tepi Barat. Jadi, pemuda Palestina yang suka merokok, suka berbual dan apalagi minuman keras, jangan harap dapat diterima sebagai personel Al Qassam.

Hamas yakin kemenangan tidak semata-mata dengan kekuatan senjata, tapi juga faktor "langit". Mereka percaya dengan perlindungan malaikat yang sudah tahu siapa yang bakal unggul. Seperti saat 300 prajurit Nabi Muhammad sukses melawan 1.300 musuh dalam Perang Badar.

Pola latihan Al Qasaam juga merupakan pengembangan dari Nizham Khash (Biro Khusus) Ikhwanul Muslimin yang dibentuk di Kairo, 1940. Dalam aktivitas keseharian, Nizham memakai sistem sel tertutup. Satu anggota tak mengenal anggota lain, kecuali dalam satu usroh (grup) yang terdiri atas tujuh sampai 10 orang.

Mereka mempelajari bela diri, senjata api, perang gerilya, bom dan bahan peledak, topografi, menyelam, serta infiltrasi ketentaraan. Mereka juga ahli ilmu sandi, terlatih memublikasikan propaganda dan punya data semua institusi Yahudi di Mesir dan Timur Tengah.

Tapi, kematian memang jadi slogan impian tiap anggota Hamas (as syahid asma' amanina). Selain operasi militer, Hamas berhadapan dengan agen perisik terhebat di dunia, Mossad. Mereka sangat mahir menyamar. Seorang agen Mossad bisa tampil dengan berbagai rupa, bersurban dan berjenggot laksana Syeikh, tapi berceramah tentang hidup damai bersama Israel. Agen Mossad juga dapat tampil layaknya Bernard Madoff, konglomerat perayu kelas kakap yang berjaya menciptakan krisis keuangan finansial dunia.

Untuk melawan Mossad, Hamas mengandalkan dukungan total dari rakyat Palestina. Hamas membantu rakyat saat krisis kelaparan, menjadi guru madrasah anak-anak, dan membangun terowongan jalur penyelundupan bawah tanah Rafah (Mesir). Hamas juga santun kepada 3.000 warga Kristiani di Gaza.

Karena itu, banyak pengamat militer menilai agresi ini bakal sambung menyambung sepanjang 2009. Sebab, kader-kader Hamas di Palestina dan seluruh dunia sudah berjanji tidak akan mengibarkan bendera putih.[L4]

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Update from empowr

Jadilah Seperti Ikan Di Air Bening Yang Tenang