Posts

Showing posts from August, 2004

Kiat Mempererat Hubungan Ayah dan Anak

Kiat Mempererat Hubungan Ayah dan Anak Publikasi: 27/08/2004 08:55 WIB eramuslim - Hasil riset dan para psikologi banyak yang menyatakan bahwa peran ayah sangat penting dalam pertumbuhan seorang anak. Ikatan emosional antara ayah dan anak, ditentukan salah satunya oleh interaksi antara ayah dan anak itu sendiri. Interaksi yang baik antara anak dan ayah ini, dikatakan sangat mempengaruhi kecerdasan emosional seorang anak yang membuatnya tumbuh menjadi sosok dewasa yang berhasil. Bagaimana seorang ayah yang sibuk bekerja di luar tetap bisa mempererat dan menjalin ikatan emosional ini? Banyak kendala yang dihadapi seorang ayah untuk meluangkan waktunya merawat anak karena kesibukan di luar. Di bawah ini adalah tips-tips bagi Anda. 1. Persiapkan diri Anda sedini mungkin sejak istri Anda hamil Seorang suami sudah terlibat dalam pembuahan seorang anak, yang menjadikan istrinya mengandung. Masa kehamilan selama 9 bulan ini dapat Anda gunakan untuk mempersiapkan diri Anda sebagai

Penjara Pikiran

Penjara Pikiran Seekor belalang telah lama terkurung di dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain, namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya. Dengan penasaran dia menghampiri belalang lain itu dan bertanya, "Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?" Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan, "Di manakah kau tinggal selama ini? Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan." Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas. Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan

Menghadapi Anak Usia 3 Tahun yang Sulit Diatur

Menghadapi Anak Usia 3 Tahun yang Sulit Diatur 24/08/2004 12:47 WIB Assalamu'alaikum wr. wb. Ba'da tahmid dan sholawat atas Nabi SAW. Begini Bu, anak saya umur 3 tahun, sekarang ini agak susah sekali diatur. Maksudnya setiap dia punya keinginan apakah mainan atau makanan, maka harus segera dipenuhi saat itu juga, tidak bisa menerima kata tunggu dulu. Kalau tidak segera dipenuhi, dia akan berteriak-teriak dan lain-lain (ngamuk). Susahnya kalau kita sedang ada keperluan penting yang lain atau sedang ada tamu, jadi bisa bikin malu aja. Bagaimana cara mengatasinya, Bu? Apakah anak umur 3 tahun memang suka begitu? Terimakasih atas tanggapan dan jawabannya. Wassalam, Andre Visko Jawaban: Assalamua'alaikum wr. wb. Ibu yang sholehah, Saya bisa memahami kerepotan ibu untuk memiliki anak yang berusia 3 tahun. Sifatnya yang kadang sulit diatur tentu sering membuat ibu menjadi kesal. Apalagi jika tantrum-nya (ngamuk) keluar ketika keinginannya tidak segera di

Ketika Iwan Fals Teringat Galang

suaramerdeka.com - semata-mata fakta%21 Galang Rambu Anarki adalah nama yang terkenal bukan cuma karena ia anak Iwan Fals. Tapi juga karena inilah anak yang namanya dijadikan judul lagu oleh bapaknya. Anak yang meninggal muda, yang kelahirannya diceritakan oleh si bapak lahir awal Januari, menjelang pemilu dan harga BBM sedang membumbung tinggi pula. Dan anak yang ketika meninggal menimbulkan duka yang hebat bagi bapaknya. Salah satu duka yang sangat dikenang sang bapak ialah ketika Galang itu sering dimintanya pergi, dilarang mendekat dan mengganggu, ketika bapaknya tengah membuat lagu. Sebuah keputusan yang sangat menganggu batin Iwan Fals kemudian dan keputusan yang amat ia sesali. Sebuah luka yang membuat ia berjanji, akan lebih punya waktu bagi anak-anaknya di hari ini. Saya berterima kasih atas keterusterangan Iwan Fals ini. Dan maaf, jika tulisan ini cuma akan membongkar kesedihannya kembali. Tapi jika Iwan rela duka cita itu saya ingatkan kembali, setidaknya akan bertam

Anak-Anak Sahabatku

Eramuslim Anak-Anak Sahabatku : "Anak-Anak Sahabatku Publikasi: 13/08/2004 10:41 WIB eramuslim - Namanya Azmi, rambutnya keriting ikal dengan kulitnya yang hitam, menurutku sangat pas dengan bentuk dan raut wajahnya. Bocah usia 6 tahun ini, saya kenal 8 tahun lalu di Kyoto saat ia bersama adik dan ibunya datang ke Kyoto untuk menemani ayahnya yang sedang studi S3 di Kyoto University. Ia sekeluarga berasal dari Aceh. Pertama berkenalan dengannya, bocah kecil ini ternyata sangat tegas dan percaya diri. Lucu sekali ketika aku harus kikuk menghadapi perkenalan dengannya. Bayangkan, aku seorang gadis usia 20-an harus kikuk menghadapi si abang (begitu dia kerap memanggil dirinya) yang tanpa canggung, terlalu mengakrabkan diri denganku. Mungkin aku agak kikuk karena tidak tahu bagaimana berinteraksi dengan seorang bocah. Anaknya terbuka, inisiatif dan frontal, itu gambaran awalku. Azmi kerap bangga bercerita kegiatan dia waktu di Indonesia semasa kelas 1 SD di Aceh. Karena harus ke J

Rasanya Baru Kemarin

Rasanya Baru Kemarin Rasanya Baru KemarinPublikasi: 13/08/2004 08:37 WIB eramuslim - Rasanya baru kemarin pohon mangga di depan rumah kutanam. Saya mengambilnya dari kebun liar selagi ia masih sebesar daun ketela yang masih muda. Hati-hati saya membawanya dengan setangkup tangan yang terus merapat sampai ke rumah. Sesampainya di rumah saya langsung menanamnya di halaman depan, memagarinya, memberinya pupuk, menyiraminya setiap pagi dan sore, menghalau setiap unggas yang berupaya memaruh daunnya. Tapi, kemarin sore kami terpaksa menebang pohon mangga itu setelah sekian tahun tak lagi berbuah. Daun-daunnya yang mulai rontok, badannya yang besar tak sanggup lagi kurangkul. Masih bertengger di persimpangan dahan besarnya sebuah rumah kayu kecil yang dulu menjadi tempat saya membaca buku. Rasanya belum lama, saya masih senang berpangku di pelukan ibu, bermanja mengharap dongeng pengantar tidur darinya. Ibu mengerti, saya tak akan pernah tidur sebelum ia mengusap lembut punggungku

Dengarlah: Ada Orang Baru Mati

Dengarlah: Ada Orang Baru Mati Dengarlah: Ada Orang Baru MatiPublikasi: 09/08/2004 08:49 WIB eramuslim - Apa yang terjadi bila manusia mendengar kabar kenalannya telah meninggal dunia? Saya tak pernah menyangka harus mengalaminya secepat ini. Seseorang kenalan saya telah dikabarkan meninggal dunia, Jumat, 30 Juli yang lalu. Tepat setahun setelah kelulusannya dari STM Pembangunan, Jakarta. Ya, dia baru lulus satu tahun. Namanya: Yusna. Yusna Dianto. Dia, adik kelas saya-terpaut hanya satu tingkatan. Umurnya? Ah, dia belum setua saya. Mungkin umurnya belum genap 21 tahun. Untuk itu saya banyak diam. Yusna telah pergi di usianya yang masih sangat muda. Seperti Nike Ardilla, Marilyn Monroe. Juga seperti Ade Irma Suryani. Muda, mati. Sebelum ini -entah kenapa- saya selalu yakin: orang-orang Jakarta -yang saya kenal- akan mati karena usia. Di Jakarta tidak sedang perang seperti di Palestina, atau di Irak. Satu-satunya peperangan yang terjadi di sini adalah peperangan kekuasaan. Mung

Yang Malu kepada Allah

Yang Malu kepada Allah Yang Malu kepada AllahPublikasi: 11/08/2004 08:34 WIB Allahu Rabbana, Tak pantas aku menjadi penghuni surga, Namun tak juga kuat hamba dalam bara neraka, Maka perkenankan jiwa meminta, Ampunan atas khilaf dan nista Sebab hanya Engkau, pengampun yang paling Maha (Abu Nawas) eramuslim - Adalah seorang perempuan datang menghadap Rasulullah dengan wajah menatap tanah. Masih dalam keadaan tertunduk, perlahan terdengar nafas beratnya keluar satu satu. Sebuah isyarat bahwa ia seperti tengah dihimpit bertubi masalah. Dia masih saja diam. Tak ada untaian kata-kata. Hening. Rasulullah menunggu. Manusia berparas indah dan mempesona ini seolah tahu, seorang perempuan datang ke hadapannya selalu dengan satu perlu. Dalam beberapa jeda, Rasululah membiarkan perempuan ini dalam diamnya, memberinya kesempatan untuk mempertimbangkan apa yang hendak disampaikan. Dalam kegundahan yang jelas terasa, berkata juga sang perempuan. “Wahai manusia terbaik, dengan apa kuba

Ayah

(by noname, dari milis eph) Suatu ketika, ada seorang anak wanita yang bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk ?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda. Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu bergumam : "Aku tidak mengerti." Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya t

Ayah Juga Lupa

( inspirated by W. Livingstone Larned ) Dengar,Nak: Ayah mengatakan ini pada saat kau terbaring tidur, sebelah tangan kecil merayap di bawah pipimu dan rambutmu yang keriting pirang lengket pada dahimu yang lembab. Ayah menyelinap masuk seorang diri ke kamarmu. Baru beberapa menit yang lalu, ketika Ayah sedang membaca koran di ruang perpustakaan, satu sapuan sesal yang amat dalam menerpa. Dengan perasaan bersalah Ayah masuk menghampiri pembaringanmu. Ada hal-hal yang Ayah pikirkan Nak: Ayah selama ini bersikap kasar kepadamu. Ayah membentakmu ketika kau sedang berpakaian hendak pergi ke sekolah karena kau cuma men

Memenuhi Panggilan Syurga

Mati syahid merupakan cita-cita tertinggi umat Islam. Salah satu jalan menuju mati syahid adalah berjuang di jalan Allah. Seorang sahabat Rasulullah SAW, Khaisamah, suatu malam bermimpi melihat putranya bermain dan bersuka-ria di sebuah taman indah di dalam syurga. Anak kesayangannya yang gugur di medan Perang Badar itu pun melihat sang ayah seraya berkata, "Ayah! Ananda di sini sekarang. Rupanya janji Allah telah terlaksana dengan benar pada diri ananda. Mari Ayah, marilah ikuti ananda!". Saat bangun, Khaisamah tersentak. Hatinya gelisah. Kemudian ia datang menghadap Rasulullah SAW. Umat Islam saat itu tengah bersiap menghadapi serangan kaum kafir Quraisy di Bukit Uhud. Khaisamah memohon agar ia dimasukkan ke dalam daftar pasukan Islam untuk pergi berperang ke Bukit Uhud. "Ya Rasulullah! Aku telah tua, tulangku telah mulai rapuh, dan aku ingin sekali menjumpai Tuhanku," katanya memberi argumentasi. "Bawalah aku serta, ya Rasulullah, dan doakan agar aku pun me

Para Ayah, Di Manakah Kalian?

Para Ayah, Di Manakah Kalian? Publikasi: 10/08/2004 15:23 WIB eramuslim - Kepulangan suami berlibur selama 3 minggu membawa perubahan yang cukup signifikan dalam pertumbuhan anak-anak saya. Saya bertiga dengan anak-anak yang sulung putri berusia 4 tahun dan putri kedua berusia 2 tahun, harus berpisah jarak selama satu tahun. Kedua anak saya lahir di Kyoto dan Yokohama. Ketika putri pertama berusia 3 tahun, kami memutuskan untuk memulangkan saya dan anak-anak ke tanah air lebih awal karena alasan dinas kantor tempat saya bekerja, sedangkan suami harus melanjutkan studi doktornya selama 1 tahun lagi di Jepang. Awal saya mengamati pertumbuhan anak-anak yang jauh dari ayahnya, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Justru yang saya amati terdapat perbedaan adalah anak kedua, dimana pada masa pertumbuhan dari umur setahun menuju dua tahun, dia tumbuh tanpa sosok seorang ayah. Berbeda dengan si sulung, yang ketika lahir, keluar dari rahim ibunya, ayahnya sudah menantikan tepat

Dua Ekor Singa

---------------------------------------------------------------------------- Suatu sore di tengah telaga, terlihat dua orang yang sedang memancing. Tampaknya, ada ayah dan anak yang sedang menghabiskan waktu mereka disana. Dengan perahu kecil, keduanya sibuk mengatur joran dan umpan. Air telaga bergoyang perlahan, membentuk riak-riak air. Gelombangnya mengalun menuju tepian, menyentuh sayap-sayap angsa yang sedang berjalan beriringan. Suasana begitu tenang, hingga terdengar sebuah percakapan. "Ayah." "Hmm..ya.." Sang ayah menjawab pelan. Matanya tetap tertuju pada ujung kailnya yang terjulur. "Beberapa malam ini," ucap sang anak, "aku bermimpi aneh. Dalam mimpiku, ada dua ekor singa yang tampak sedang berkelahi dalam hatiku. Gigi-gigi mereka, terlihat runcing dan tajam. Keduanya sibuk mencakar dan menggeram, seperti saling ingin menerkam. Mereka tampak ingin saling menjatuhkan." Anak muda ini terdiam sesaat. Lalu, mulai melanjutkan

Jodoh dan Kedewasaan Kita

myQURAN Yet another Bulletin Board - Jodoh dan Kedewasaan Kita Jodoh dan Kedewasaan Kita Jodoh adalah problema serius, terutama bagi para Muslimah. Kemana pun mereka melangkah, pertanyaan-pertanyaan "kreatif" tiada henti membayangi. Kapan aku menikah? Aku rindu seorang pendamping, namun siapa? Aku iri melihat wanita muda menggendong bayi, kapan giliranku dipanggil ibu? Aku jadi ragu, benarkah aku punya jodoh? Atau jangan-jangan Tuhan berlaku tidak adil? Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita. Kebanyakan orang ketika berbicara soal jodoh selalu bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang kehidupan rumah tangga. Otomatis dia lalu berpikir serius tentang kriteria calon idaman. Nah, di sinilah segala sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu berawal. Pada mulanya, kriteria calon hanya menjadi 'bagian masalah', namun kemudian justru menjadi inti permasalahan itu sendiri. Di sini orang ber

Bila Dia Tak Seperti yang Dibayangkan

Bila Dia Tak Seperti yang Dibayangkan eramuslim - Bayangan tentang pasangan sebelum menikah tak sepenuhnya mirip dengan realitas yang dihadapi setelah pernikahan. Akan ada hal di luar dugaan tentang pasangan yang kita temui. Lalu, jika kejutan yang muncul itu buruk, bagaimana cara menyikapi dan mengantisipasinya. Hanifah (bukan nama sebenarnya) benar-benar shock. Sore ini ia memergoki suaminya, yang baru menikahinya beberapa hari lalu, mamiliki tattoo pada pangkal lengannya. Tattoo bergambar laba-laba itu terpatri permanen di pangkal lengan kanannya. Ini memang kejutan besar bagi Hanifah. Pasalnya, suaminya memang dikenal sebagai pria saleh yang berhati lembut oleh teman-teman dekatnya. Siapa yang sangka dia mantan preman. Ketika ta'aruf di saat proses pernikahannya Hanifah tak berminat bertanya tentang masa lalu pria yang kini telah menjadi suaminya itu. "Toh semua orang disekitarnya mengatakan dia orang baik, buat apa lagi mengorek masa lalunya," Begitu fikirnya w

Teriakan dan Jarak Hati

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya, "Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?" Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab, "Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak." "Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?" Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satu pun jawaban yang memuaskan. Sang guru lalu berkata, "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirin