Mana Sabar Yang Paling Utama

Mana Sabar Yang Paling Utama

Kesabaran yang berhubungan dengan taklif dalam mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan lebih utama dibandingkan kesabaran dalam menerima takdir. Karena kesabaran ini merupakan tanda kuat untuk me-ngerjakan kebaikan dan keburukan, oleh orang mukmin dan kafir. Namun bagaimanapun kesabaran terhadap takdir sudah seharusnya dipraktekkan oleh seorang hamba, baik itu secara terpaksa ataupun pilihan penuh.

Kesabaran dalam mengerjakan perintah dan meninggal¬kan larangan adalah kesabaran mengikui ajaran para nabi. Golongan paling mulia adalah yang paling sabar dalam mengikuti risalah nabinya. Namun semua ragam sabar bila diletakkan dalam konteks yang tepat niscaya punya nilai tersendiri. Kesabaran untuk meninggalkan perbuatan haram jika diletakkan di tempatnya cukup utama, kesabaran untuk taat kalau diletakkan di tempatnya juga cukup baik.

Kalau ditanyakan kepada anda: sabar mana yang paling dicintai oleh Allah: kesabaran mengerjakan perintahNya ataukah kesabaran meninggalkan laranganNya?

Jawabnya: ini adalah sebuah permasalahan yang masih diperdebatkan oleh para ulama sendiri. Sebagian ulama berpendapat: "Kesabaran meninggalkan perbuatan haram lebih utama. Karena lebih berat clan susah. Mengingat pula, perbuatan baik itu biasanya banyak yang dikerjakan oleh orang baik dan orang sesat. Dan tidak ada yang bisa berlaku sabar untuk meninggalkan perbuatan haram kecuali orang¬orang yang jujur dan tulus."

Mereka menegaskan lagi: "Kesabaran meninggalkan perbuatan haram adalah kesabaran melawan hawa nafsu. Ini lebih berat dan utama".

Mereka mengatakan: "Karena meninggalkan perbuatan yang disukai dan hasil dorongan hawa nafsu merupakan bukti kecintaan seseorang kepada dirinya sendiri dan ketidakcintaannya kepada hawa nafsunya. Ini sama sekali berbeda dengan mengerjakan sesuatu yang memang sudah disenangi oleh dirinya, rasanya tidak seberapa berat".

Bagi mereka, citra diri dan kemuliaan hati seorang hamba tergantung sepenuhnya pada kesabaran jenis. Karena itu Imam Ahmad pernah berkata: "Kemuliaan hati adalah kalau seseorang mampu meninggalkan apa yang disukainya karena takut kepada Allah. Karena itu citra diri dan kemuliaan hati seorang hamba tergantung sepenuhnya ` pada kesabaran jenis ini".

Di mata mereka, tidak aneh kalau ada orang yang bersabar dalam mengerjakan perintah. Karena memang kebanyakan perintah Allah itu disukai oleh hati dan akal budi yang sehat. Mengingat dalam perintah tersebut ter-kandung muatan keadilan, kebaikan, keikhlasan dan ke¬bajikan. Ini adalah sebuah hal yang sangat disukai oleh jiwa yang bersih.

Akan tetapi yang punya nilai lebih adalah kalau sese¬orang bisa sabar meninggalkan semua perbuatan haram yang kebanyakan memang sangat digemari jiwa. Seseorang

bisa meninggalkan perbuatan yang disukainya di dunia ini untuk mendapatkan kesenangan lainnya di akhirat. Sementara orang yang mampu menahan jiwanya dari gemerlap duniawi, maka ini adalah sebuah tindakan yangbertentangan dengan tabiat hatinya, dan sungguh sangat berat.

Mereka menyatakan, sesungguhnya semua perbuatan haram mempunyai empat faktor pendorong: manusia, setan, hawa nafsu dan dunia. Dia tidak akan bisa berhasil kecuali dengan memerangi empat pasukan ini. Ini adalah langkah yang tidak mudah dilakukan.

Mereka menegaskan, kalau seseorang sanggup me¬ninggalkan perbuatan haram, itu sama halnya dengan ke-mampuan menahan syahwat dan kesenangannya. Orang yang bisa mengerem diri, padahal ada faktor pendorong yang kuat untuk melakukannya dan kemudian dia tidak melakukannya, itu merupakan pekerjaan yang sangat susah dan berat.

Karena itu, semua pintu menuju perbuatan terlarang tertutup sudah, dan pintu mengerjakan perintah Allah itu hanya pada level sebatas kemampuan manusia. Sebagai mana Rasulullah saw bersabda: "Kalau aku sudah memerintah¬kan kalian mengerjakan sesuatu, maka kerjakanlah sebisa kalian. Dan kalana aku sudah melarang knlian mengerjakan sesuatu, maka jauhilah secara mutlak."

Dari sini jelas sudah bahwa pintu larangan itu lebih sempit daripada pintu perintah Allah. Sama sekali tidak ada toleransi terhadap perbuatan maksiat. Padahal ada toleransi dalam pelaksanaan perintah bagi mereka yang lemah dan udzur.

Mereka menyatakan, sebab itu kebanyakan hukuman hudud (hukum pidana Islam) itu diterapkan karena pe-langgaran berbagai hal yang dilarang, bukannya meninggal kan berbagai perintah dari Allah. Sesungguhnya Allah sama sekali tidak menetapkan adanya hukuman bagi mereka yang tidak mengerjakan perintahNya. Mari kita teliti lagi, perintah Allah yang paling besar adalah shalat, telah terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang apakah orang yang meninggalkan shalat itu bisa dikenakan hukuman had ataukah tidak?

Demikianlah sebagian argumen dari para ulama yang menilai bahwa kesabaran dalam meninggalkan larangan Allah itu lebih utama derajatnya. Sementara itu ulama lain-nya menyatakan, kesabaran mengerjakan perintah Allah itu lebih utama daripada sabar dalam meninggalkan semua larangan-Nya. Karena, mengerjakan perintah itu lebih di¬sukai Allah daripada meninggalkan laranganNya. Kesabaran dalam mengerjakan sesuatu yang dicintai Allah itu tentunya lebih utama dan baik.

die "Kemuliaan Sabar dan Keagungan Syukur"
Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyah


Comments

Popular posts from this blog

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Update from empowr

Jadilah Seperti Ikan Di Air Bening Yang Tenang