Pendanaan Dalam Pilkada

Selasa, 26 Peb 08 11:02 WIB

Assalamu'alaikum

Saya ingin mencalonkan diri sebagai bupati, namun dana saya kurang
yang dibutuhkan 10 M?

1. Bolehkah saya ngutang? Kalau kalah sebenarnya saya juga tidak
yakin bisa bayar.

2. Sejauh mana saya menilai calon pasangan saya itu bersih hartanya,
karena dia Mantan Kepala Dinas tetapi punya dana sampai 20 M dan siap
membiayai semua kampanye asal partai saya mendukung dia?

3. Bolehkah saya misal deklarasi di Hotel mewah sementara kader
partai banyak yang merana hidupnya?

Syukron

Ani

Umi Hamzah

Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Seharusnya dalam Islam untuk menjadi pimpinan tidak ditentukan
berdasarkan berapa uang yang dimiliki. Sayangnya, kita sekarang hidup
di zaman yang apa-apa serba uang, sehingga untuk menjadi pimpinan pun
harus pakai uang.

Logika pejabat harus punya uang ini sebenarnya logika yahudi. Dahulu
ketika bangsa yahudi minta kepada Allah agar di antara mereka ada
yang dijadikan raja (penguasa), maka ketika Allah sudah tentukan,
rupanya orangnya tidak seperti yang mereka bayangkan. Ternyata dia
miskin tidak punya uang.

Dalam logika yahudi, bagaimana mungkin orang miskin tak beruang bisa
jadi penguasa.

Nabi mereka mengatakan kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab, "Bagaimana Thalut
memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan
daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?"
Nabi berkata, "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah
memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah: 247)

Kelemahan sistem ini adalah tiap pejabat akan selalu dalam keadaan
berhutang dan berpikir bagaimana bisa membayar hutang-hutangnya itu.
Sayangnya, yang terjadi lebih terjadi adalah kongkalikong antara
pejabat dan penguasaha. Sang pejabat merasa berhutang kepada
pengusaha, maka apa pun yang diminta oleh si penguasaha, si pejabat
pun akan berupaya meluluskannya. Bahkan meski terkadang tidak masuk
akal atau merugikan masyarakat.

Di masa khilafah Islamiyah rasyidah, ketika Abu Bakar, Umar, Ustman
dan Ali menjadi khalifah, tidak ada sedikit pun biaya yang
dibutuhkan. Sebab kriteria pemimpin di masa itu adalah murni
pemimpin, yaitu orang yang paling bertaqwa, paling mengerti Al-Quran,
paling mengerti sunnah dan paling faqih dalam urusan mengatur umat.
Aklamasi para shahabat memilih para khulafa' rasyidah itu kini sudah
tinggal sejarah.

Karena itu kalau pun kita harus masuk ke dalam sistem jahiliyah ini,
pastikan bahwa si pengusaha yang akan jadi sponsor dalam pilkada
tidak akan minta macam-macam, yang sekiranya akan merugikan rakyat.

Malah kami berpikir, kalau memang hukum dan penegakannya hanya bisa
didapat lewat menjadikan salah seorang kader muslim ini menjadi
pejabat di suatu tempat, biayailah dari dana sedekah (baitulmal) yang
tidak mengikat. Sedekah itu bisa dikumpulkan oleh umat Islam yang
prihatin dengan keadaan negara dan para pejabatnya yang carut marut,
lalu dengan rasa tsiqah dan amanah, dana yang dikumpulkan oleh umat
itu dijadikan sebagai biaya untuk kampanye dan lain sebagainya.

Maka si pejabat ini pun tidak punya hutang apa-apa dengan para
pengusaha, yang umumnya jarang yang bermoral. Toh si pejabat itu naik
ke pentas kekuasaan dengan uang sedekah umat Islam yang berpatungan
bahu membahu demi tegaknya sistem yang bersih.

Tentu saja si pejabat juga harus tahu diri, bahwa dirinya bukanlah
penguasa selamanya. Kalau umumnya rakyat masih harus antri minyak
tanah, maka alangkah indahnya kalau isteri si pejabat ini pun ikut
juga antri minyak tanah. Kalau rakyat masih naik kereta api kambing,
maka pejabat ini pun juga harus naik kereta kambing itu.

Jangan sampai rakyat hidup susah, tapi pejabatnya enak-enakan
menginap di hotel berbintang, padahal duit dari hasil memeras
keringat rakyat. Pejabat ini harus berpikir bahwa dirinya dan
kedudukannya adalah waqaf di jalan dakwah. Semua dibiayai oleh dana
sedekah umat Islam. Maka semua itu nanti akan ditanya dan
dipertanggung-jawabkan di akhirat.

kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(QS. At-Takatsur: 8)

Bukankah khalifah Umar bin al-Khattab sekalipun hanya tertidur di
atas tanah di bawah pohon? Beliau tidak punya istana, apalagi
pengawal. Tapi kesaksian seorang utusan Romawi tatkala melihatnya
tidur di bawah pohon tanpa pengawalan sangat menarik kita
ingat: 'Adalta fa amanta fa nimta" Kamu telah berlaku adil, maka kamu
aman dan kamu bisa nyenyak tidur."

Bukankah dahulu Umar bin Abdul Aziz telah menjual semua kereta kuda
kerajaan yang konon terbuat dari emas, sebagai fasilitas yang
disediakan negara untuk sang khalifah. Hasil penjualannya diserahkan
kepada baitulmal.

Maka nanti kalau anda sudah jadi pejabat, pastikan anda tidak naik
mobil kecuali yang paling murah, tanpa AC, dan mobil bekas. Karena
rakyat anda umumnya malah masih berjalan kaki atau menggenjot sepeda.

Pastikan anda tidak menghabiskan uang rakyat sekedar untuk membeli
safari dan jas, sebab khalifah Umar bin Al-Khattab hanya punya 1
potong baju yang tambalannya 40 buah, padahal luas wilayah
kekuasaannya meliputi 3 imperium dunia.

Pastikan anda tidak tinggal di rumah dinas yang dibangun dengan uang
rakyat, sementara masih ada gelandangan yang tidur beratapkan langit
dan beralaskan bumi.

Pastikan anda tidak tidur di waktu malam kecuali rakyat anda semua
telah kenyang. Sebab khalifah Umar tidak pernah tidur di waktu malam,
kecuali beliau telah pastikan semua rakyatnya tidak ada yang
kelaparan malam itu.

Dahulukhalifah Umar naik unta bergantian dengan pembantunya ketika
berangkat ke Palestina untuk menerima kunci Baitul Maqdis, sehingga
ketika sampai di pintu gerbang negeri itu, orang-orang malah mengelu-
elukan pembantunya, yang kebetulan sedang dapat giliran naik unta dan
Umar yang menuntunnya.

Ketika Hasan Al-Banna bepergian untuk berdakwah, konon ada orang yang
mengenalinya naik kereta kelas tiga. Sebagai pemimpin tertinggi
jamaah Islam terbesar di dunia, rasanya kurang pantas kalau tokoh itu
naik kereta kelas kambing. Ada orang bertanya, mengapa naik kelas 3?
Beliau hanya tersenyum dan menjawab, karena tidak ada kelas yang
lebih rendah lagi.

Yang diperlukan pada hari ini untuk menjadi pejabat bukan program
aneh-aneh, rencana yang muluk-muluk. Tapi yang dibutuhkan adalah
kesederhanaan, kebersahajaan, keikhlasan dan juga persamaan derajat
dengan nasib rakyat yang paling bawah.

Kalau belum bisa mensejahterakan rakyat, maka janganlah hidup dengan
gaya sejahtera sendirian. Tapi tanggalkan semua kemewahan dan
hiduplah bersahaja seperti rakyat.

2. Mantan kepala Dinas calon teman anda itu perlu diaudit dulu
duitnya. Kalau duitnya itu halal, karena dia memang mendapatkannya di
jalan yang benar, silahkan berpartner.

Tapi kalau jelas-jelas dia maling yang mengambil uang rakyat, maka
jauhilah dia. Jangan sekali-kali anda berteman dengan maling, sebab
yang anda lakukan adalah sebuah misi dakwah. Dan misi dakwah tidak
akan bisa bersinergi dengan misi para maling.

Jangan kotori dakwah anda dengan dana para maling, sebab selain tidak
berkah, anda sendiri pun akan dikader untuk jadi maling juga. Naudzu
billahi minta dzalik.

3. Deklarasi di Hotel Mewah

Wah, itu sih pola pikir konvensioal yang sudah ketinggalan zaman.
Sama sekali sudah tidak ada daya tariknya menonjolkan kemewahan
sebuah partai. Kalau masih berpikir kuno seperti itu, percaya deh,
orang sudah tidak ada yang tertarik lagi.

Kalau mau mendapatkan simpati rakyat, justru deklarasikan partai anda
di tengah para gelandangan, korban bencana alam, atau di tengah
keringat kuli angkut pelabuhan. Suarakan langsung aspirasi mereka.

Bahkan kalau perlu, langsung selesaikan masalah mereka, tidak perlu
mengajak-ajak atau berteriak. Misalnya, di tengah korban lumpur
Lapindo itu, anda langsung bagian uang sejumlah yang mereka tuntut
dan sampai hari ini tidak pernah dibayar oleh penguasa.

Beri mereka rumah dan apa yang mereka minta secara ikhlas tanpa minta
pamrih apa pun. Bukankah dahulu khalifah Utsman bin Affan telah
mewakafkan sebuah sumur yang dijual mahal oleh yahudi. Padahal saat
itu sedang kemarau berkepanjangan, orang mati kehausan karena tidak
ada air. Maka Utsman pun merogoh koceknya dan membayar lunas sumur
itu, sambil beliau katakan bahwa sumur itu adalah waqaf beliau,
siapapun termasuk si yahudi, kalau mau minum, silahkan ambil, gratis
tidak perlu bayar. Itu baru namanya khalifah, menyelesaikan masalah
tanpa teriak-teriak.

Ketika melihat Bilal dengan disiksa tuannya, Umayyah, Abu Bakar
sepontan kerogoh kocek dan membayar dua kali lipat harga budah hitam
itu. Tentu saja Umayyah menari kegirangan dibayar dua kali lipat.
Tapi buat Abu Bakar, dakwah itu berarti berinfaq dengan nyata, bukan
sekedar berorasi.

Nah, dari pada duit anda habis buat kampanye yang tidak-tidak,
mending buat waqaf saja memberi korban bencana. Pahala sudah pasti
mengalir terus sepanjang waktu. Dan ingat, doa-doa mereka yang
terdzalimi tidak bersekat di sisi Allah.

Alangkah tidak punya nuraninya ketika ada anak bangsa yang tinggal di
tenda-tenda darurat, anak mereka lapar, terserang penyakit, lalu kita
sebagai pejabat malah enak-enakan tidur di kamar suit hotel bintang
lima. Kenapa dananya tidak dibagikan saja buat orang fakir miskin itu?

Apakah pejabat yang menginap di hotel bintang lima itu akan semakin
baik pekerjaannya, dibandingkan kalau mereka ikut tinggal berkemah di
tengah tenda para pengungsi?

Terakhir, sebelum anda putuskan diri menjadi pejabat, pastikan bahwa
umur kita tidak ada yang tahu. Jadi kalau sewaktu-waktu Allah
mencabut nyawa kita, jangan protes. Karena bisa saja di tengah
kejayaan anda, tiba-tiba Izrail si pencabut nyawa nongol di depan
hidung anda, terus dia bilang, "Well sir, its time."

Jadi pastikan setiap saat anda tidak punya hutang kepada siapa pun,
juga tidak pernah menzhalimi siapa pun, tidak punya dosa dan maksiat
kepada siapa pun. Dan dengan tenang anda bisa menjawab si Izrail
itu, "No Problemo."

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Update from empowr

Jadilah Seperti Ikan Di Air Bening Yang Tenang