Telaah Kritis Atas Islam Inklusif Kang Jalal (1)

Telaah Kritis Atas Islam Inklusif Kang Jalal

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتَ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَه، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَه، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُه ورسولُه، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ:

 

      Pada hari Rabu, 14 Syawwal 1426 H atau tanggal 16 November 2005, seperti biasanya BSM mengadakan kajian rutin mingguan. Pada kesempatan tersebut yang mendapat kesempatan sebagai pemateri kajian adalah Kang Jalal, dengan tema "Islam dan Pergeseran Peradaban", meskipun ternyata isi kajiannya sedikit keluar jalur dari inti temanya. Sebab Kang Jalal boleh dikatakan lebih banyak berbicara dan menyinggung paham ekslusifisme, inklusifisme, dan pluralisme dalam Islam. Selanjutnya Kang Jalal sendiri menyatakan bahwa dia adalah seorang inklusif-semi pluralis.

Berikut ini adalah suatu perbandingan kritis yang singkat terhadap beberapa pernyataan Kang Jalal yang semoga dapat menjadi wacana untuk memperluas wawasan kita.

NON-MUSLIM1 JUGA BISA MASUK SURGA?

      Kang Jalal menyatakan bahwa umat non-muslim pada zaman ini juga mempunyai kesempatan dan kemungkinan untuk masuk Surga, kalau mereka beramal shalih serta beriman kepada Allah dan hari akhir, berdalil dengan ayat:

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan ash-Shabi-iin,2 siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al-Baqarah: 62).

      Mengingat ini adalah risalah singkat –sebagaimana sudah disebutkan-, maka kami hanya akan menyebutkan dua penafsiran tentang ayat di atas sebagai perbandingan. Barangsiapa yang ingin mendapat pengetahuan yang lebih tentang ayat tersebut hendaklah merujuk kepada kitab-kitab tafsir yang ada.

      Penafsiran pertama menyatakan bahwa ayat di atas berkaitan dengan orang-orang yang beriman dari kalangan umat ini dan umat-umat terdahulu sebelum diutusnya Rasulullah `, bahwa jika mereka beriman dengan keimanan yang benar dan beramal shalih maka mereka akan mendapatkan balasan yang baik, tidak takut dan tidak pula bersedih hati.3

      Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di menyatakan bahwa ayat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman yang mungkin timbul karena ayat-ayat sebelumnya yang berisi celaan terhadap Bani Israil4 –yang juga menyingkap keburukan mereka-. Dikhawatirkan sebagian orang akan menyangka bahwa seluruh Bani Israil terkena keumuman celaan tersebut. Karena itu Allah jelaskan secara khusus bahwa orang-orang yang beriman secara benar dan beramal shalih di kalangan mereka -begitu pula dengan umat ini- tidak termasuk dalam keumuman celaan tersebut.

      Mengenai sebab turunnya ayat ini, Imam as-Suddi menyatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat-sahabat Salman al-Farisi. Suatu ketika Salman bercerita kepada Nabi ` mengenai para sahabatnya, bahwa mereka juga melakukan shalat, puasa, serta beriman bahwa nantinya Nabi r akan diutus. Seusai Salman memuji para sahabatnya, Nabi ` berkata, "Wahai Salman, mereka termasuk ahli Neraka." Salman merasa berat mendengar ucapan Nabi ` tersebut, sehingga kemudian turunlah ayat ini.5

      Adapun penafsiran kedua, maka menyatakan bahwa yang dimaksud dengan "orang-orang yang beriman" pada awal ayat di atas adalah orang-orang munafik. Sebab jika dinilai secara zhahir mereka tampak sebagaimana halnya orang-orang yang beriman. Karena itulah penyebutannya disandingkan dengan kaum Yahudi dan Nasrani. Lalu Allah mengabarkan bahwa siapa saja yang kemudian beriman kepada Allah dan hari akhir dengan keimanan yang sebenar-benarnya -tentunya mencakup keimanan terhadap Nabi Muhammad `- maka mereka mendapatkan ganjaran yang disebutkan dalam ayat.6

      Masih terdapat penafsiran lain dari kalangan ahli tafsir tentang ayat di atas. Namun sepanjang yang kami ketahui dari kitab-kitab tafsir yang mu'tabar, tidak ada seorang ahli tafsir pun yang mengatakan bahwa ayat ini dijadikan dalil bahwa non-muslim juga mungkin masuk Surga. Padahal di zaman mereka pun terdapat orang-orang non-muslim. Lalu mungkinkah para ahli tafsir yang mu'tabar seperti Imam Ibnu Katsir, Imam al-Qurthubi, dan semisalnya -yang sudah masyhur keilmuannya dan keshalihannya-, semuanya telah melakukan kesalahan dalam menafsirkan ayat ini sementara Kang Jalal menafsirkannya secara benar?

      Tidak adanya penafsiran para ahli tafsir sebagaimana penafsiran Kang Jalal adalah karena sangat banyaknya dalil yang menunjukkan bahwa non-muslim (baca: orang kafir dan musyrik) yang tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad ` sesudah diutusnya beliau akan masuk ke dalam Neraka. Berikut ini akan kami sebutkan sebagian kecilnya.7

      Nabi ` bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لاَ يَسْمَعُ بِي رَجُلٌ مِنْ هذِهِ الأُمَّةِ، وَلاَ يَهُوْدِيٌّ، وَلاَ نَصْرَا نِيٌّ، ثُمَّ لمَْ يُؤْمِنُ بِيْ، إِلاَّ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ

"Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya! Tidaklah mendengar tentangku seorang pun dari kalangan umat ini, baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani, kemudian ia (memilih) tidak beriman kepadaku melainkan ia termasuk ahli Neraka."8

      Allah  berfirman:

      وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Dan barangsiapa mencari selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Ali 'Imran: 85).

      Dan sejak diutusnya Nabi Muhammad ` seseorang tidak dinyatakan masuk Islam kecuali dengan dua kalimat syahadat, yaitu pengakuan bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan hanya Allah semata dan pengakuan bahwa Nabi Muhammad ` adalah utusan Allah.

      Selanjutnya, bagaimana mungkin mereka akan masuk Surga sementara dalam kehidupan sehari-hari mereka telah melakukan praktek kezhaliman yang paling besar dan yang tidak diampuni oleh Allah, yaitu kesyirikan. Sedangkan Allah berfirman:

      إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

 

"Sesungguhnya keysirikan benar-benar adalah kezhaliman yang sangat besar." (QS. Luqman: 13).

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

 

"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang menyekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisaa': 116).

      وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu debu yang berterbangan." (QS. Al-Furqan: 23).

      Allah  juga berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ9 أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

"Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke dalam neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk." (QS. Al-Bayyinah: 6).

      Disamping itu, bagaimana mungkin non-muslim pada zaman ini bisa masuk Surga, sementara mereka tidak melakukan shalat, puasa, haji, dan ibadah-ibadah lainnya. Sehingga kalau dikatakan bahwa orang non-muslim bisa masuk surga tanpa shalat, puasa, dan lain-lain, maka berarti orang muslim juga tidak perlu melakukan shalat, puasa, dan lain-lain untuk bisa masuk Surga. Ini artinya menggugurkan seluruh syari'at Islam, dari awal hingga akhir.

      Selanjutnya, bagaimana mungkin bisa dikatakan non-muslim mempunyai amal-amal shalih, sebagaimana dinyatakan Kang Jalal, sementara suatu amalan dinamakan sebagai amal shalih apabila memenuhi dua syarat:

1.     Ikhlas, yaitu hanya ditujukan untuk Allah semata dan tidak diiringi prektek syirik.

2.     Meneladani Nabi `.10

      Tentu saja non-muslim tidak mungkin memenuhi kedua syarat tersebut.

 

bersambung (2)

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Update from empowr

Jadilah Seperti Ikan Di Air Bening Yang Tenang