Pernahkah kau terpikir akan makna sholat?

Ungkapan ini tercetus dalam benakku saat ku membaca sebuah artikel yang mengutip tulisannya Zamzam AJT, yang intinya bahwa ibadah sholat yang dicontohkan Rasulullah SAW mengisyaratkan terjadinya perubahan keadaan (state) secara bertahap. Dari tulisan tersebut, tiba-tiba saja muncul suatu ilham dalam benakku.

Coba kita lihat, gerakan-gerakan yang kita lakukan dalam satu rakaat. Satu rakaat dimulai dari berdiri tegak takbiratul ihram dan diakhiri dengan sujud.
Kepala yang mula-mula berada di atas secara bertahap menuju ke bawah,yaitu ke tanah, atau ke bumi. Tak hanya itu, gerakan sujud yang disyariatkan berjumlah dua kali, sedangkan gerakan yang lain HANYA satu kali. Ada rahasia apa dibalik gerakan ini?
Begitupun serangkaian kalimah takbir "Allahu Akbar" yang diucapkan di setiap perubahan kondisi, dari berdiri ke ruku, dari berdiri ke sujud, sujud ke duduk iftirasy, dan
duduk iftirasy ke sujud kedua. Menurut Zamzam, serangkaian kalimah takbir tersebut menunjukkan proses kenaikan bertahap atau yang disebut mi'raj.
Dengan demikian bisa dimaknai, bahwa saat sujud kedua dalam satu rakaat adalah tahap akhir dimana kita berada dalam kondisi tertinggi.
Saat dimana ruh kita telah bermi'raj kepada sang Khalik yang menciptakan, atau bisa diartikan, saat ruh kita "mengunjungi" rabb penciptanya.

Jika demikian berarti, persiapan untuk aktivitas berkunjung atau pertemuan ruh ini mestilah menjadi prioritas utama diantara aktivitas apapun yang dijalani.
Sama halnya ketika memisalkan seseorang yang akan berkunjung atau menemui orang yang ia hormati. Semestinya, lebih dahsyat lagi persiapan yang dia lakukan jika akan menemui 'Pencipta' orang yang ia hormati tersebut. Tidak heran kalau begitu, jika sholat menjadi amalan yang pertama kali diperiksa di padang mahsyar nanti. Sebab, kualitas dan kuantitas 'pertemuan' kita dengan Allah Sang Maha Pencipta adalah hal yang terpenting dari segala kegiatan apapun di dunia. Bukankah pertemuan kita dengan atasan adalah sesuatu yang terpenting dari segala aktivitas dan rutinitas di kantor? Pertemuan yang bisa jadi menentukan kedudukan kita, pangkat dan jabatan kita, bahkan keberadaan kita di kantor tersebut.

Saya masih berfikir, mengapa Allah menjadikan 'pertemuan' denganNya harus lima kali sehari? apakah karena sifat alpa dan lupa yang dikaruniakan kepada manusia?
sehingga dengan lima kali 'recharge' setiap hari, ia bisa mengawal dirinya agar selalu dalam ketaatan kepada Allah? (dengan catatan, sholatnya khusyu')
Ataukah karena struktur dan sistem yang ada dalam tubuh manusia, yang memerlukan gerakan sholat minimal lima kali sehari agar selalu berada dalam kondisi prima?
tapi bagaimana dengan orang yang tidak sholat namun tetap segar bugar tanpa olah raga?
ataukah ini tetap menjadi rahasia Allah yang baru akan terungkap di alam akhirat nanti?

wallahu a'lam bis shawab.

Braunschweig, 2 Juni 2008.

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Update from empowr

Para Ayah, Di Manakah Kalian?