Hidupmu,hidupku,hidup kita

#Created in Braunschweig 2003#
Hidup Jangan Tertidur!

Untuk dapat menikmati hidup, hal terpenting yang perlu Anda lakukan adalah
menjadi SADAR.
Inti kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah
kesadaran.
Banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan ''tertidur.''
Mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan
akhirnya meninggal dalam keadaan ''tertidur.''

Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis.
Anda tahu di mana menyimpan uang.
Anda pun tahu persis nomor pin Anda.
Dan Andapun menyerahkan uang Anda pada orang tidak dikenal. Anda tahu, tapi
tidak sadar.
Karena itu, Anda bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain,
lingkungan, jabatan, uang,dan harta benda.

Pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui.
Anda tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi Anda tidak juga
melakukannya.
Anda tahu memperjualbelikan jabatan itu salah, tapi Anda menikmatinya.
Anda tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi Anda tidak dapat
menahan godaan.
Itulah contoh tahu tapi tidak sadar!

Ada dua hal yang dapat membuat orang menjadi sadar.
Pertama, peristiwa-peristiwa pahit dan musibah.
Musibah sebenarnya adalah ''rahmat terselubung'' karena dapat membuat kita
bangun dan sadar.
Anda baru sadar pentingnya kesehatan kalau Anda sakit.
Anda baru sadar pentingnya arti seseorang dalam hidup anda pada saat anda
kehilangannya.
Anda baru sadar pentingnya olahraga kalau kadar kolesterol Anda mencapai
tingkat yang mengkhawatirkan.
Anda baru sadar nikmatnya bekerja kalau Anda di-PHK.
Seorang wanita karier baru menyadari bahwa keluarga jauh lebih penting
setelah anaknya terkena narkoba.
Seorang sopir taksi pernah bercerita bahwa ia baru menyadari bahayanya judi
setelah hartanya habis.

Kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan
kita.
Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja.
Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang
meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal.
Bayangkan kalau Anda sedang menonton film di bioskop.
Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam.
Petugas bioskop berkata, ''Silakan Anda pulang, pertunjukan sudah selesai!''

Anda protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali.
Tapi, si penjaga hanya berkata tegas, ''Pertunjukan sudah selesai,
listriknya tidak akan pernah hidup kembali.''

Itulah analogi sederhana dari kematian.
Kematian orang yang kita kenal, apalagi kerabat dekat kita sering
menyadarkan kita pada arti hidup ini.
Kematian menyadarkan kita pada betapa singkatnya hidup ini, betapa seringnya
kita meributkan hal-hal sepele, dan betapa bodohnya kita menimbun kekayaan
yang tidak sempat kita nikmati.

Hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang.
Untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai tiga hal, yaitu
siapa diri kita, darimana kita berasal, dan ke mana kita akan pergi.
Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan
melakukan kontemplasi.

Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de
Chardin,
''Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita
adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi.''

Manusia bukanlah ''makhluk bumi''melainkan ''makhluk langit.''
Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di
bumi.
Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita.
Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di
dunia.
Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat
digunakan lagi.
Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan ''rumah'' untuk mencari
''rumah'' yang lebih layak.
Keadaan ini kita sebut meninggal dunia.
Jangan lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa kita tak pernah mati.
Yang mati adalah rumah kita atau tubuh kita sendiri.

Coba Anda resapi paragraf diatas dalam-dalam.
Badan kita akan mati, tapi jiwa kita tetap hidup.
Kalau Anda menyadari hal ini, Anda tidak akan menjadi manusia yang ngoyo,
serakah dan egois.
Kita memang perlu hidup, perlu makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar
lainnya.
Bila Anda sudah mencapai semua kebutuhan tersebut, itu sudah cukup!
Buat apa sibuk mengumpul-ngumpulkan kekayaan --apalagi dengan
menyalahgunakan jabatan -- kalau hasilnya tidak dapat Anda nikmati
selama-lamanya.

Apalagi Anda sudah merusak jiwa Anda sendiri dengan berlaku curang dan
korup.
Padahal, jiwa inilah milik kita yang abadi.

Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peristiwa yang pahit
tersebut agar kita
sadar? Jawabnya: ya!
Tapi kalau Anda merasa cara tersebut terlalu mahal, ada cara kedua yang jauh
lebih mudah:
Belajarlah MENDENGARKAN. Dengarlah dan belajarlah dari pengalaman orang
lain.
Bukalah mata dan hati Anda untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan
semua pikiran, keyakinan, kepercayaan dan paradigma Anda.

Sayang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat
mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin
bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya.

Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun.

Bangunlah......dan hidup.....
Keep Smiling,
'Coz "Life is Beautiful"

Suri Phen,

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Update from empowr

Jadilah Seperti Ikan Di Air Bening Yang Tenang