Membuat Anak Cinta Sekolah

A. Image Positif Tentang Sekolah

 Segala sesuatu itu tergantung pada niat atau istilah pendidikannya adalah motivasi. Munculnya motivasi pada diri anak tidak mungkin bisa dipaksakan. Semakin anak dipaksa, justru motivasi tersebut semakin susah muncul. Hal terbaik adalah melakukan rangsangan dan memasang umpan agar motivasi itu bisa muncul dengan sendirinya dalam hati anak.

Tumbuhnya motivasi tergantung pada perasaan anak. Senang atau tidaknya anak tergantung pandangannya terhadap segala sesuatu. Jika ia memandang sesuatu menyenangkan, pasti perasaannya tertarik dan tumbuh motivasi untuk melakukannya. Sebaliknya, jika pandangannya sudah negatif, maka perasaannya tidak senang, sehingga jangan harap muncul keinginan. Ia mungkin tetap mengerjakan, tetapi sekedar melakukan tanpa upaya serius dan tanpa keinginan.

Inti persoalan sekarang beralih pada pandangan anak terhadap sesuatu. Kita harus mampu membentuk image positif tentang sesuatu, sehingga anak bisa menyukainya, termasuk masalah sekolahnya. Lalu, apa yang dimaksud dengan pandangan positif sekolah? Dalam pikiran anak harus tertanam pandangan bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan di mana ia bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, bahkan bisa membuatnya bahagia dan menyalurkan nalurinya. Sekolah bukan tempat yang menakutkan dan penuh penilaian yang dibayang-bayangi kegagalan, di mana ia merasa terpaksa mengerjakan apa yang ia tidak suka dan tidak bisa.

Hal yang harus ditanamkan dalam pola pikir anak adalah sisi positif sekolah. Gambaran yang baik dan menyenangkan tentang sekolah harus diberikan sejak anak masih usia dini. Cara penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak yang selalu menginginkan tempat bermain yang menyenangkan. Di sekolah, anak akan memperoleh banyak teman, bermain sepuas hati, mendapat pengalaman-pengalaman baru, dan bergembira bersama ibu guru di kelas. Hal yang sangat berbeda dengan kondisi di rumah yang sempit, sepi, dan tidak bervariasi. Sekolah justru menjadi tempat anak untuk berkreasi sepuas hati.

Selanjutnya, hal yang harus dilakukan adalah menanamkan prinsip untuk bermain dan belajar. Jadi yang diutamakan adalah kegembiraan, kemudian diikuti belajar, tanpa menakut-nakuti dengan tantangan masa depan yang tidak dimengerti anak. Orang tua harus mau mengerti dan menghargai kerja keras yang dilakukan anak selama di sekolah. Cara terbaik membuat anak mencintai sekolah adalah dengan memberi penghargaan terhadap kerja kerasnya.

Waktu terbaik untuk memberikan penghargaan kepada anak adalah sepulang sekolah. Pada dasarnya, setiap anak sangat menanti saat pulang sekolah ini. Mereka inigin segera menceritakan apa yang terjadi di sekolah kepada orang tuanya. Pertemuan anak dan orang tua di saat seperti ini mempunyai kesan kuat dalam hati anak. Inilah moment yang sangat istimewa, sehingga orang tua harus mengatur sedemikian rupa.

Ketika anak antusias bercerita apa yang dialaminya di sekolah, maka orang tua harus menanggapinya dengan positif. Berilah penghargaan untuk sekecil apa pun prestasi yang telah ia capai. Pujian, pelukan, dan ciuman akan sangat menggembirakan mereka. Jangan mencela hasil karya yang belum memuaskan. Sesungguhnya, segala bentuk celaan dan kritikan hanya akan membuat anak malas untuk bercerita kembali di lain waktu.

B. Pentingnya Imbalan Psikologis

Orang tua harus menghindari dan menghilangkan sikap seperti polisi yang menginterogasi. Jangan memberondong anak yang pulang sekolah dengan banyak pertanyaan tentang apa yang mereka perbuat dan apa saja yang terjadi tadi. Apalagi orang tua melanjutkannya dengan banyak nasihat tentang bagaimana seharusnya mereka berperilaku di sekolah. Pengalaman pahit karena dipaksa menceritakan pengalaman buruk di sekolah, justru akan membuat anak makin tidak suka bercerita tentang sekolah lagi. Jika anak sedang tidak ingin bercerita, tetapi terus dipaksa ibunya, maka akan terbangun image tidak menyenangkan tentang sekolah itu sendiri.

Imbalan psikologis juga bisa diberikan saat belajar di sore atau malam hari. Bentuk imbalan bisa berupa fasilitas belajar yang terbaik, perhatian, dan pujian jika anak mau belajar. Orang tua juga bisa menyiapkan teman belajar bagi anak berupa minuman hangat dan camilan kesukaan mereka. Suasana belajar pun perlu dirancang semenarik mungkin dan bervariasi. Alat peraga sesuai dengan ilmu yang dipelajari juga akan sangat menunjang dan mencegah kebosanan anak. Mengajak anak jalan-jalan keluar atau praktik pelajarannya tentu akan sangat menyenangkan.

 
C. Tak Perlu Menuntut Kesempurnaan

 Orang tua bersalah jika menuntut dan memaksa anak agar berhasil demi nama dan gengsinya. Hal ini akan berakibat orang tua menjadi tidak sabaran bila melihat anaknya gagal. Padahal, anak sedang mengembangkan kepercayaan dirinya bahwa ia mampu bersekolah dengan baik. Ini memerlukan waktu tidak sebentar. Di tengah proses berlangsung, kegagalan bisa saja terjadi. Orang tua harus bisa menerima dengan bijak kegagalan tersebut, bukan dengan mengkritik ataupun mencela.

Apabila anak merasa dirinya tetap diterima oleh orang tua walaupun sedang gagal, ia akan tegar dan percaya diri dalam menyikapi kegagalan berikutnya. Tetapi, bila ia gagal dan merasa tidak diterima, maka kepercayaan dirinya akan hancur dan kemauannya untuk maju akan melemah. Orang tua harus merasa puas dengan usaha terbaik yang telah dilakukan anak walaupun hanya memeberikan hasil yang minim sekali. Orang tua harus menunjukkan sikap bisa menerima anak baik dalam kondisi gagal ataupun berhasil meraih prestasi. Ungkapan kekecewaan orang tua hanya akan membuat anak tertekan.

Orang tua pantang untuk menyesali kekuarangan anak, apalagi membanding-bandingkannya dengan prestasi kakak, teman, atau diri orang tua ketika bersekolah dulu. Bila mereka menunjukkan kesalahan, jangan sekali-kali memberikan julukan-julukan buruk. Orang tua harus bersabar menerima kenyataan kekurangan anak-anaknya serta berusaha menumbuhkan kepercayaan diri dan motivasi pada diri anak untuk maju meskipun membutuhkan waktu tidak sebentar.

 Dikutip dari buku:

"Aku Anak Hebat, Bukan Anak Nakal"

Penulis : Aziz Mushoffa

Penerbit: Diva Press

Cetakan pertama, Januari 2009-02-15


Comments

Popular posts from this blog

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Update from empowr

Para Ayah, Di Manakah Kalian?