Islam Rahmatan lil 'Alamin

"Jangan pipis dan e'e di lobang tanah yang kemungkinan terdapat hewan hidup di dalamnya".

Demikian salah satu etika buang air besar yang  dibacakan Kyai Achid, "Karena bisa jadi di dalam lobang itu terdapat hewan yang lemah, akibatnya hewan tadi bisa terganggu dan tersakiti. Atau mungkin di dalamnya terdapat hewan yang kuat, maka kita yang justru akan tersakiti. Atau bisa jadi lobang tersebut
merupakan tempat tinggal Jin".

Kyai Achid lalu mengutip Firman Allah Ta'ala dalam Surat al-Anbiya ayat 107 yang bunyinya, "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."

Beliau menjelaskan bahwa Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin. Dengan sedikit berkelakar beliau berasumsi bahwa lobang tanah tadi dihuni oleh semut-semut. "Di sore hari, semut yang masih a be ge mungkin sedang asyik bercengkrama dan pacaran. Dan harap dipahami bahwa pacaran dalam pandangan fiqh semut merupakan sebuah anjuran dan perbuatan sunnah" tambah beliau. "Ketika mereka sedang terlena dalam kemesraan dan hayalan tentang kehidupan keluarga semut yang harmonis dan berbahagia, tiba-tiba
ada guyuran air kencing yang membanjiri mereka."

Kyai Achid melanjutkan penjelasannya, "Atau ada sekelompok anak-anak semut yang sedang berlari-larian, atau bermain petak umpet misalnya, lalu tiba-tiba ada
longsoran kotoran manusia, dan mereka mati tertimbun di bawahnya. Kalau hal ini terjadi akibat kesengajaan kita, maka bagaimana kita membela diri di hadapan
Allah Ta'ala Yang Maha Adil, ketika semut-semut itu protes dan mengadukan kedzaliman ini kepada-Nya?!"

"Memangnya binatang akan menuntut manusia di akhirat nanti?" tanya kang Jamil

"Ya, setidaknya itu yang saya pahami dari sabda Rasulullah sebagaimana yang terdapat dalam Hadis riwayat al-Imam al-Hakim, Siapa yang dengan sewenang-wenang membunuh burung, atau hewan lain yang lebih kecil darinya, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya. Burung tersebut memiliki hak untuk disembelih untuk kemudian dimakan, bukan dipotong lehernya untuk kemudian dilempar."

Dengan mimik wajah serius, kyai Achid melanjutkan penjelasannya, "Islam menghormati hak binatang dan benda-benda. Dan apapun bentuk kesewenang-wenangan dan kezhaliman terhadap hewan, akan mendapat kecaman dari Agama. Misalnya sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa
ada seorang wanita yang disiksa akibat kematian seekor kucing yang dikurung tanpa diberi makan, hingga akhirnya kucing itu mati karena kelaparan. (HR.
al-Bukhari dan Muslim).

Kang Jamil terperangah mendengar penjelasan kyai Achid.

"Dan masih dalam konteks menghormati hak hewan, Rasulullah menyuruh kita menajamkan pisau yang akan digunakan menyembelih, hal dimaksudkan agar hewan yang disembelih tidak terlalu lama merasakan sakitnya penyembelihan. Sabda beliau, Ketika kalian menyembelih (hewan ternak), maka perbaguslah penyembelihanmu, dan hendaknya ia menajamkan pisaunya, dan buatlah hewan
sembelihanmu merasa 'nyaman'. (HR. Muslim)"

"Semisal sampeyan hendak menyembelih lima ekor ayam, maka hendaknya sampeyan tidak melakukan penyembelihan di depan ayam-ayam yang masih hidup" Kyai Achid menambahkan. "Lagian, kasihan ayam-ayam itu," sahut kang Jamil, "Mereka bisa mati duluan karena stress melihat teman-temannya disembelih."

"Nah, demikian itu sebagian penghormatan yang diberikan Islam terhadap semut, burung, kucing, dan hewan-hewan lainnya. Dan sesungguhnya masih banyak
lagi hak-hak hewan yang dijaga dan dipelihara oleh Islam, bahkan bukan hanya hewan, sikap menghormati ini juga berlaku pada semua makhluk Allah Ta'ala, termasuk tetumbuhan dan lainnya." ujar kyai Achid yang kemudian membaca ayat 56 Surat al-A'raf.

"Dan dibandingkan dengan perlakuan terhadap hewan dan tetumbuhan, Islam lebih menghormati dan menghargai manusia. Penghormatan ini dengan jelas dinyatakan Allah Ta'ala dalam al-Quran Surat al-Isra ayat 70, "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam…". Dan yang patut digaris bawahi pada ayat ini, adalah bahwa penghormatan ini tidak terbatas kepada orang-orang Islam, melainkan juga kepada mereka yang tidak beragama Islam. Karena baik mereka yang beragama Islam maupun mereka yang non muslim, kesemuanya
merupakan "anak-anak Adam".

"Jadi, seharusnya kita menghormati semua orang, termasuk mereka yang tidak seagama?" tanya kang Jamil.

"Ya, selama mereka bersikap baik kepada kita, maka kita harus lebih baik dari mereka." Jawab kyai Achid

Comments

Popular posts from this blog

Early (big) news for 2020

Database Kitab Hadist Bukhari Online : http://ummulhadits.org/

Hak Warisan Pria dan Wanita Dua Banding Satu, Adilkah?