Oleh: Dr.Handrawan Nadesul, Dokter Umum

Sekarang tidur siang agaknya tidak sepopuler zaman dulu. Tidur siang bahkan
terkesan memanjakan badan.

Orang pekerja keras bukan cuma menganggap tidak penting tidur siang, tapi
terlebih dinilai buang-buang waktu saja. Betulkah tidur siang ada gunanya?

Seorang ayah mengeluh begini. "Dulu waktu kakek saya muda, berangkat kerja tidak
terlalu pagi, dan sore hari sudah santai di rumah, masih sempat tidur siang.
Sedang waktu saya muda, saya berangkat kerja pagi pulang sore, tak selalu sempat
tidur siang, tapi di rumah sudah santai. Tapi angkatan anak saya sekarang,
berangkat subuh pulang malam, sudah tidak pernah sempat tidur siang, masih bawa
pulang kerjaan lembur di rumah pula..." Dan itulah agaknya gambaran rata-rata
kehidupan stereotipik pekerja angkatan zaman sekarang.

Usia Lebih Panjang


Ingat tidur siang ingat toko-toko di kota-kota Jawa Tengah.

Hampir kebanyakan toko di sana tutup siang hari, dan buka lagi sore hari, tentu
untuk jeda, mungkin juga untuk tidur siang. Dan itu berlangsung sampai sekarang.
Yang seperti itu tidak terjadi di kota besar.

Saya mengamati, dari statistik tercatat, umur harapan hidup penduduk Jawa
Tengah, Yogyakarta khususnya, lebih panjang dibanding orang Jakarta, Medan, atau
Surabaya, yang bukan saja lupa tidur siang, bahkan tidur malam pun sering tak
sempat.

Apakah itu memang yang menjadi penyebab umur harapan hidup orang kota besar
tidak sepanjang orang-orang di kota kecil, yang masih tidak lupa waktu jeda,
dengan perangai yang masih alon-alon waton klakon? Kita masih memerlukan kajian
untuk itu.

Tapi mungkin juga benar begitu. Irama hidup rata-rata orang kota besar yang
lebih bergegas banyak memompa adrenalin dalam darah, sehingga organ tubuh jadi
bergiat terus. Otot-otot tangan tegang mengepal, lambung lebih masam, mata
membelalak, dan jantung lebih sering terpacu, nyaris tanpa diselingi waktu jeda,
alih-alih bisa tidur siang. Tubuh kekurangan waktu jeda, dan organ-organ semakin
kekurangan waktu memulihkan diri. Sebagian besar sudah kerja keras membanting
tulang sejak muda, masih terus dipacu bekerja kurang waktu jeda pula.

Sebaliknya orang-orang di kota kecil, selain irama hidupnya lebih waltz
ketimbang rock, hormon stres adrenalin-nya hanya terkadang saja terpompa
membanjir dalam aliran darah. Paling hanya di saat-saat tarif listrik naik, atau
minyak tanah susah di pasaran, adrenalin pemicu stres itu melonjak. Selebihnya
lebih banyak waktu tanpa jantung dan tensi harus menggelegak, dan itu bedanya
mengapa rata-rata orang kota tidak bisa santai.

Ketegangan semacam itu yang bikin orang hidup dengan irama kota besar menjadi
ringkih, dan bisa jadi rentan terkena "penyakit manajer", penyakit orang mapan
yang hidupnya selalu bergegas dikejar waktu.

Lebih Lamban


Jangan abaikan tidur siang.

Tidur siang paling sedikit setengah jam, atau lebih bagus lagi bisa satu jam,
terbukti meningkatkan produktivitas kerja, kesiapsiagaan tubuh, dan memulihkan
mood, seperti diungkap Survey National Sleep Foundation, Washington DC baru-baru
ini.

Lebih 60 persen orang dewasa di Amerika tidak tidur siang, dan mereka mengalami
rasa mengantuk selama bekerja. Ongkos kehilangan produktivitas kerja yang harus
dibayar akibat tidak tidur siang mencapai 18 milliar dolar AS setiap tahunnya.

Berbeda dengan di kebanyakan negara di Eropa, Spanyol khususnya, mereka
rata-rata menyisihkan waktu untuk tidur siang. Banyak toko tutup siang hari
barang beberapa jam, sebagaimana di kota-kota kecil di Jawa Tengah. Dan ternyata
ada manfaatnya.

Studi yang dilakukan oleh Circadian Technologies of Lexington, Mass. AS,
membuktikan hasil yang sama dalam hal manfaat tidur siang. Namun mereka
menyayangkan lebih separo perusahaan di AS yang tidak setuju karyawannya
memperoleh tidur siang, bahkan menegur, atau memecatnya.

Studi Harvard membuktikan, dibanding pekerja yang diberi tidur siang sedikitnya
setengah jam, para pekerja yang tidak tidur siang terbukti laju pekerjaannya
lebih lamban dibanding yang mendapat tidur siang. Terlebih untuk jenis pekerjaan
yang memerlukan konsentrasi.

Harus diakui bahwa tidur soal penting dalam kehidupan. Selama tidur semua fungsi
organ tubuh cenderung melamban, pada saat itu sel dan jaringan yang aus dan
rusak dipulihkan. Buat bisa mencapai panjang umur, durasi tidur harian seseorang
ikut menentukan. Tubuh memerlukan kecukupan waktu tidur.

Orang yang cukup tidur, dan tidurnya teratur, serta betul-betul tidur, lebih
besar kemungkinan umur panjang dibanding yang tidak cukup tidur. Masuk akal jika
tidur siang juga memberi tambahan bonus itu.

Kalau Bisa Lelaplah Setengah Jam


Berbicara soal tidur, tentu tidak selalu sederhana urusannya untuk semua
orang.

Ada orang yang tidak selalu mudah tidur kapan saja di mana saja. Insomnia sejak
muda bukan kasus langka. Sungguh beruntung orang yang tanpa harus ketemu bantal
saja bisa tidur, di mana saja, dan lelap pula.

Jadi memang secara teknis, tak selalu mungkin orang terkondisikan untuk selalu
bisa tidur siang, terlebih di kantor, lantaran sudah pasti tak mungkin kalau
harus pulang dulu hanya untuk tidur siang. Perlu dikondisikan agar semua
karyawan bisa terlena sejenak di kantor.

Buat kelompok yang gampang tidur bisa memanfaatkan waktu sependek apa pun,
mungkin ketika di ruang tunggu, di bus, atau di meja kerja sekalipun. Namun
tidak demikian buat yang kalau tidur perlu suasana khusus, dan tidak bisa tidur
kalau bukan di kamar sendiri.

Bukan karena lamanya tidur, tidur seseorang dikatakan berkualitas. Kualitas
tidur ditentukan pula terlebih apakah kedalaman tidur tercapai. Orang cukup jeda
tidur siang setengah jam jika sependek itu benar-benar penuh lelap tertidur.
Artinya fase tidur REM (Rapid Eye Movement), sama bagus dan seimbangnya dengan
fase tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement).

Tidur yang tanpa keseimbangan kedua fase tidur itu bukan tergolong tidur
berkualitas. Kendati tidurnya lama, belum tentu orang merasa sudah cukup tidur.
Sehabis bangun tidur, mungkin tidak merasa bugar. Artinya kualitas tidurnya
memang rendah.

Jika kualitas tidur rendah, orang jadi uring-uringan selama masa terjaga, mudah
tersinggung, nafsu makan menurun, konsentrasi terganggu, dan seks meningkat.
Jika tidur siang pun tak berkualitas mungkin kurang ada manfaatnya.

Bagi anak-anak yang masih bertumbuh, mereka membutuhkan tidur siang lebih banyak
dibanding orang dewasa. Tidur siang bagi anak-anak membantu memacu tinggi badan,
oleh karena selama tidur (siang) pengeluaran hormon pertumbuhan (Growth Hormone)
terpacu pula, sehingga anak berpeluang untuk bertambah tinggi. Sebaliknya anak
yang main sepanjang hari tanpa tidur siang, umumnya tinggi badannya tidak
bertumbuh mencapai puncak optimalnya.

#Created in Braunschweig 2003#

Comments

Popular posts from this blog

Early (big) news for 2020

Database Kitab Hadist Bukhari Online : http://ummulhadits.org/

Hak Warisan Pria dan Wanita Dua Banding Satu, Adilkah?